SULUT, Infosatu.co.id - Masa panen tak membuat petani Sulawesi Utara (Sulut) merasakan hasil yang menggembirakan.Ini diakibatkan harga Emas Coklat yaitu harga Cengkih dipasaran anjlok dimainkan oleh mereka yang tak peduli kepada petani.
Apakah kaum pengusaha hitam sangat lihai mendikte permainkan harga pertanian ataukah pihak pemerintah tutup mata dan tak mampu berinovasi mengeluarkan langkah cemerlang bagaimana sejahterakan petani.
Padahal jelas pemerintah saat ini dimotori oleh partai wong cilik yang jelas berhaluan membangun ekonomi kerakyatan.Resah ini pun dikatakan Johny Sumual tokoh masyarakat Minsel.
"Setelah tumbangnya orde baru,masuk era reformasi.Jaman Presiden Habibie harga cengkih stabil,masuk jaman Gusdur naik cukup tinggi,masuk jaman Megawati harga anjlok bahkan penjualan pun terbatas karena harus mengisi formulir,masuk jaman SBY harga naik,dan sekarang masuk jaman Jokowi harga anjlok luar biasa,"Keluh Sumual.
Melihat fenomena ini,terjadi perdebatan antara kaum petani yang didalamnya terdapat para anak-anak petani dan kaum pembela sang pemerintah yang tak pernah tahu bagaimana cara menabur dan menuai dilahan perkebunan.
"Mereka yang selalu menjadi corong pemerintah mengolok jerih petani adalah penjilat,tidak pernah merasakan hidup sebagai petani.Mereka adalah seorang penguasa yang disaat dilahirkan sudah mendapat kenyamanan dunia,jadi wajarlah jika mereka tak sejalan dengan kami karena nenek moyang kami adalah petani,"tukas Sumual.
Sumual pun berharap pemerintah provinsi Sulut dibawah kepemimpinan Gubernur Olly Dondokambey mencarikan solusi terbaik buat kesejahteraan petani pada umumnya.
"Cukuplah 5 tahun kita lalui harga cengkih,kopra,pala anjlok.Saat ini Gubernur Olly adalah salah satu tokoh politik yang mempunyai nama baik di tingkat nasional.Setidaknya hubungan baik dengan pemerintah pusat bisa menjadi perpanjangan tangan kami para petani daerah demi layaknya harga komoditas andalan pertanian di Sulut,"tuturnya.
Redaksi