MANADOPOST.CO.ID-RATAHAN-Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Mitra Ronald Kandoli dituding tidak netral dalam menjalankan tugas diawal kerjanya sebagai Plt Bupati Mitra.
Tudingan ini muncul diakun media sosial yang dimiliki Vanka Kumesan. Dalam tulisannya, mengeritik dengan keras RK, sapaan akrab Kandoli.
Vanka mengoreksi, belum sehari menjabat sebagai Plt, sudah menunjukan sikap yang tidak netral (Independent).
"Padahal seharusnya Plt Bupati Mitra mengedepankan netralitas sehingga menjadi contoh untuk para ASN yang ada dilingkup Pemerintahan Kabupaten Minahasa Tenggara.
Yang menjadi permasalahan disini yakni, mengapa seorang Plt Bupati Mitra membiarkan sikap dari para simpatisannya untuk mengkampanyekan kotak kosong? Ataukah ada kepentingan-kepentingan personalia didalamnya?," tanya Vanka.
Putra Silian ini menambahkan, sebagaimana yang tertera dalam Permendagri Nomor 74 Tahun 2016, Tentang Cuti Diluar Tanggungan Negara, bagi Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Serta Walikota Dan Wakil Walikota Pasal 9 Huruf (b) dan (c), bahwa seorang Plt (Pelaksana Tugas) seharusnya memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat.
Selanjutnya memfasilitasi penyelenggaraan pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota yang definitif serta menjaga netralitas PNS.
"Namun yang terjadi di lapangan, menurutnya, sangat-sangat berbeda. Para Simpatisan dari Plt bupati, justru sebaliknya.
Berteriak-teriak "Kotak Kosong" disepanjang jalan ketika mendampingi Plt bupati menuju Kantor bupati, apakah ini sikap yang harus ditunjukan oleh seorang Plt bupati beserta para simpatisannya? Kemudian apakah harus seorang Plt mengganti/mencopot foto dari bupati definitif?," tanya Kumesan dalam rillis diakun Facebooknya yang di kirim ke group Kerukunan Kawanua Minahasa Tenggara (KKMT), Kamis (15/2/2018).
Diakhir postingannya, mempertanyakan, apakah dengan pelanggaran-pelanggaran ini nantinya mungkin akan ada kebijakan dari gubernur ataupun dari Kementerian Dalam Negeri untuk mengganti Plt bupati yang tidak menjunjung tinggi sikap netralitas sebagaimana yang tertera dalam Permendagri diatas?.
"Kita lihat saja," tutul Vanka.
Di tempat terpisah, Kandoli sendiri telah memberikan klarifikasinya pada media.
Menurutnya, warga yang mendampinginya saat datang di kantor bupati, tak pernah dia minta dan apalagi arahkan untuk ikut.
"Saya sama sekali tak meminta mereka ikut. Awalnya saya pagi-pagi hanya memanggil Pendeta untuk berdoa sebelum saya ke kantor. Dan saya berniat pakai kendaraan, namun saat saya keluar rumah sudah banyak warga yang datang. Maka saya pun akhirnya berjalan kaki sampai di kantor bupati, karena tidak mungkin saya juga suru mereka pulang. Dan ini mungkin bagian dari aksi spontan mereka sebagai bentuk ekspresi mereka," jelas Kandoli.
Ditanya soal warga yang berteriak kotak kosong, Kandoli pun menjawabnya.
"Oh saya tidak tahu itu. Tidak pernah saya perintah atau ajak mereka," papar RK.
Dia mengatakan, justru dia mengajak warga Mitra untuk datang memilih berdasarkan pilihan mereka.
"Tugas saya kan bagaimana mensukseskan Pilkada. Soal pilihan itu tergantung pada rakyat. Saya tidak ada kepentingan, karena tugas saya itu bagaimana Pilkada dan pemerintahan berjalan dengan baik" ucap Kandoli.
Dia juga mengingatkan, ASN di Mitra untuk netral.
"Saya minta semua ASN di Mitra untuk bersikap netral," pungkas Kandoli.
Liputan Biro Mitra : Reagen Pantouw